Hutan

31 Juli 2025
Administrator
Dibaca 24 Kali
Hutan

     Total luas hutan di Desa Bedagung mencapai 1326,3 hektar yang mendominasi hampir 95 persen dari total wilayah desa. Status kawasan hutan di desa ini adalah hutan produksi. Vegetasi kawasan hutan terbagi menjadi dua jenis, yaitu hutan pinus dan hutan yang masih alami, dengan beragam jenis tanaman seperti Sarangan, Tangklar, Wuru Nangka, Wuru Jamur, Wuru Kuning, Bulu, Pule, Mpranak, Jaha, Gentung, Kandri, Benda, Wuni, Nagasari, Doya, Celiling, Nangka, Bambu, Wuru Krompeng, Kayu babi, Picisan, Wuru tinggi, Walahan, Gondang, Benda dan beragam jenis tanaman hutan lainnya.Total luas hutan di Desa Bedagung mencapai 1326,3 hektar yang mendominasi hampir 95 persen dari total wilayah desa. Status kawasan hutan di desa ini adalah hutan produksi. Vegetasi kawasan hutan terbagi menjadi dua jenis, yaitu hutan pinus dan hutan yang masih alami, dengan beragam jenis tanaman seperti Sarangan, Tangklar, Wuru Nangka, Wuru Jamur, Wuru Kuning, Bulu, Pule, Mpranak, Jaha, Gentung, Kandri, Benda, Wuni, Nagasari, Doya, Celiling, Nangka, Bambu, Wuru Krompeng, Kayu babi, Picisan, Wuru tinggi, Walahan, Gondang, Benda dan beragam jenis tanaman hutan lainnya.

     Masyarakat Desa Bedagung memiliki sebutan khusus untuk setiap blok kawasan hutan. Penamaan ini telah dikenal secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Berikut nama-nama hutan di Desa Bedagung:

     Tumbuhan di kawasan hutan terbagi menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama adalah pohon naungan, yang umumnya terdiri dari pohon pinus dan pohon-pohon besar lokal di kawasan hutan alami. Di bawahnya terdapat lapisan kedua, yaitu pohon berukuran sedang, yang pada umumnya berupa tanaman kopi robusta. Lapisan ketiga berada di bagian paling bawah, yang dimanfaatkan untuk menanam kapulaga atau hijauan sebagai pakan ternak.Tumbuhan di kawasan hutan terbagi menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama adalah pohon naungan, yang umumnya terdiri dari pohon pinus dan pohon-pohon besar lokal di kawasan hutan alami. Di bawahnya terdapat lapisan kedua, yaitu pohon berukuran sedang, yang pada umumnya berupa tanaman kopi robusta. Lapisan ketiga berada di bagian paling bawah, yang dimanfaatkan untuk menanam kapulaga atau hijauan sebagai pakan ternak.

     Ekosistem hutan di Desa Bedagung masih terjaga dengan baik, termasuk keberadaan fauna yang hidup selaras dengan lingkungan hutan. Beberapa satwa yang masih ditemukan di kawasan ini antara lain macan, elang, owa, lutung, monyet, babi hutan, rusa, landak, serta berbagai jenis burung. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem tersebut, Pemerintah Desa turut memperkuat fungsi perlindungan hutan dengan menetapkan peraturan yang melarang perburuan satwa liar, kecuali hewan yang dikategorikan sebagai hama.Ekosistem hutan di Desa Bedagung masih terjaga dengan baik, termasuk keberadaan fauna yang hidup selaras dengan lingkungan hutan. Beberapa satwa yang masih ditemukan di kawasan ini antara lain macan, elang, owa, lutung, monyet, babi hutan, rusa, landak, serta berbagai jenis burung. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem tersebut, Pemerintah Desa turut memperkuat fungsi perlindungan hutan dengan menetapkan peraturan yang melarang perburuan satwa liar, kecuali hewan yang dikategorikan sebagai hama.

Potensi Unggulan Hasil Hutan

  1. Getah Pinus      Keberadaan Pinus di Desa Bedagung sejak tahun 1956, dan dilakukan peremajaan tanaman pada tahun 1986. Sebelumnya berupa hutan. Masyarakat Desa Bedagung memanfaatkan hasil hutan, salah satunya dari getah pinus, mulai dari aktivitas ngerok dan ngeludang. Ngeludang adalah proses pemanenan getah, sedangkan ngerok  adalah proses pengerokan getah yang menempel di pohon pinus. Ngludang dilakukan satu bulan sekali kemudian dijual. Secara umum dari 200 pohon dapat menghasilkan getah seberat 1 kwintal. Adapun ngerok dilakukan hanya  dua kali dalam setahum yakni pada bulan puasa dan maulid. Harga getah pada bulan Mei 2025 ialah 4.500/kg dengan dijual langsung ke pihak Perhutani sebagai pengelola hutan negara.Keberadaan Pinus di Desa Bedagung sejak tahun 1956, dan dilakukan peremajaan tanaman pada tahun 1986. Sebelumnya berupa hutan. Masyarakat Desa Bedagung memanfaatkan hasil hutan, salah satunya dari getah pinus, mulai dari aktivitas ngerok dan ngeludang. Ngeludang adalah proses pemanenan getah, sedangkan ngerok  adalah proses pengerokan getah yang menempel di pohon pinus. Ngludang dilakukan satu bulan sekali kemudian dijual. Secara umum dari 200 pohon dapat menghasilkan getah seberat 1 kwintal. Adapun ngerok dilakukan hanya  dua kali dalam setahum yakni pada bulan puasa dan maulid. Harga getah pada bulan Mei 2025 ialah 4.500/kg dengan dijual langsung ke pihak Perhutani sebagai pengelola hutan negara.