Inisiatif Budidaya Rayap

     Sekitar sepuluh tahun yang lalu, Pak Romdon, warga Dusun Bulupi tu, mendengar bahwa rayap bisa digunakan sebagai umpan mancing dan cukup diminati di pasaran. Ia melihat informasi ini sebagai peluang usaha yang cocok dikembangkan di desanya, karena lingkungan hutan di sekitarnya kaya akan berbagai jenis pohon. Ia pun mulai mencoba dengan menggunakan kayu nangka dan endra yang dibiarkan hingga muncul rayap. Rayap-rayap tersebut dikumpulkan dalam plastik zipper lalu dijual ke pasar Paninggaran dan KajenSekitar sepuluh tahun yang lalu, Pak Romdon, warga Dusun Bulupi tu, mendengar bahwa rayap bisa digunakan sebagai umpan mancing dan cukup diminati di pasaran. Ia melihat informasi ini sebagai peluang usaha yang cocok dikembangkan di desanya, karena lingkungan hutan di sekitarnya kaya akan berbagai jenis pohon. Ia pun mulai mencoba dengan menggunakan kayu nangka dan endra yang dibiarkan hingga muncul rayap. Rayap-rayap tersebut dikumpulkan dalam plastik zipper lalu dijual ke pasar Paninggaran dan Kajen.   

     Tidak butuh waktu lama, usaha ini mulai berkembang. Permintaan pasar yang terus meningkat mendorongnya memperluas pemasaran hingga ke Pasar Kedungwuni, Karanganyar, Kesesi, dan Wonopring go. Modal usahanya sangat sederhana—berupa niat dan waktu. Sem bari merawat kebun kopi dan tanaman glagah di hutan, Pak Romdon menyempatkan diri mencari batang kayu kropos, tempat rayap biasa bersarang. Ia kemudian mengajak beberapa tetangganya untuk ikut mencari kayu tersebut saat berada di hutan.Tidak butuh waktu lama, usaha ini mulai berkembang. Permintaan pasar yang terus meningkat mendorongnya memperluas pemasaran hingga ke Pasar Kedungwuni, Karanganyar, Kesesi, dan Wonopring go. Modal usahanya sangat sederhana—berupa niat dan waktu. Sem bari merawat kebun kopi dan tanaman glagah di hutan, Pak Romdon menyempatkan diri mencari batang kayu kropos, tempat rayap biasa bersarang. Ia kemudian mengajak beberapa tetangganya untuk ikut mencari kayu tersebut saat berada di hutan.